Kasihilah Seorang Akan Yang Lain





"Kasihilah Seorang Akan Yang Lain."
(Inspirasi Yoh. 15:9-17)

Setiap orang yang mendiami bumi tidak mampu lari dari "kebutuhan-kebutuhan" insani. Manusia butuh dikagumi, butuh dicintai, butuh dipelihara, butuh dijaga, butuh dikasihi. Setiap manusia juga butuh ditemani, diterima, diampuni, didamaikan, didampingi, dimengerti, ditolong, diakui, disambut dan dihargai. Manusia pun butuh dibimbing, dihibur, diarahkan, ditopang, diberi petunjuk dan diberi kebebasan.

Nilai yang menjadi kebutuhan itu, ada secara spontan dalam diri setiap manusia. Manusia butuh semuanya itu demi hidup yang damai sejahtera, bukan hanya di dunia tapi juga untuk hidup kekal.

Dari nilai-nilai tadi, Yesus memberikan inti hidup yang mesti dipelihara dan dijaga oleh semua orang. Dia mengatakan " "Kasihilah seorang akan yang lain." Kasih menjadi pokok utama yang bisa menopang kebutuhan nilai yang lain. Tanpa kasih nilai lain tidak bermakna.

Dalam Injil Yohanes, Yesus memberi perintah untuk saling mengasihi. Tuhan lebih dahulu telah mengasihi kita, setiap orang yang hidup dalam kasih Tuhan, berarti meyakini dan mensyukuri kasih Allah yang telah kita terima dan alami. Seturut dengan itu kita juga di tuntut untuk meneladani kasih Allah tersebut dengan mengasihi sesama. Melakukan kasih memang tidaklah semudah mengatakan dan seindah mengungkapkannya, namun kasih membutuhkan hati yang tulus dan menuntut pengorbanan yang bukan segampang yang kita bayangkan. Yesus mengajarkan kasih yang sesungguhnya yaitu kasih yang tulus dan ikhlas. Kasih yang tak bersyarat.

Kasih tanpa syarat adalah sifat inti Allah. Kasih bukan sekedar sebuah gerakan hati yang lahir dari perasaan, melainkan gerakan kehendak, pilihan yang sengaja di lakukan. Kasih yang berhubungan dengan ketaatan dan komitmen, dan tidak selalu dengan perasaan dan emosi. Mengasihi seseorang adalah mentaati Tuhan dan perintahNya, demi kebaikan orang lain, mengupayakan berkat dan keuntungan orang lain untuk jangka panjang. Sikap seperti inilah yang semestinya dimiliki setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus.

Ditengah Zaman dan situasi seperti sekarang ini, kecendrungan manusia hidup egois, mementingkan diri sendiri, mau menang sendiri dan seterusnya.

Kita saksikan dalam siaran TV hampir di setiap tayangan menyoroti tentang korupsi, tindakan kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, perselingkuhan, perceraian, ketidakadilan.

Kebanyakan orang kini kehilangan hati nurani untuk berbuat baik. Apalagi yang disebut dengan “Kasih”, seakan-akan merupakan suatu kebodohan dan hanya sebatas obrolan. Kondisi seperti ini sudah menjadi kenyataan yang kita hadapi. Bagaimanakah kasih itu dapat terwujudkan?

Setuju atau tidak setuju, Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi dan tinggal di dalam kasihNya. Tuhan mengasihi kita sebagaimana kita juga harus mengasihi sesama.

Bagi setiap orang yang mengasihi sesamanya atau yang mewujudkan kasih ada 4 hal yang dijanjikan Tuhan:

Pertama, Kamu akan bersukacita dan sukacitamu akan penuh. Suka cita yang dimaksukan oleh Yesus bukanlah sukacita dunia yang sifatnya sementara, tapi sukacita Rohani yang kekal yang dikaruniakan oleh Tuhan.

Kedua, Kamu akan menjadi Sahabat Ku, bukan lagi hamba. Orang yang menjadi sahabat Yesus adalah orang yang telah menerima karunia dari padaNya. Kita tidak akan bisa menjadi sahabatNya kecuali Dia sendiri telah lebih dahulu mengasihi kita. Menjadi sahabat Yesus dapat menikmati kehadiran Nya dalam situasi kehidupan (Pahit atau manis, senang atau susah, sukses atau gagal ), ia tetap kuat, tekun, benar dan makin berkenan hidupnya bagi Tuhan. Tuhan adalah sahabat yang selalu hadir menyertai, menghibur, menolong, menguatkan, memelihara kehidupan.

Ketiga, dipanggil untuk melayani. Dalam seluruh keterbatasan, ketidak sempurnaan, kita dilayakkan, dipilih, ditetapkan dan dipercakan untuk melakukan perintahNya. Menjadi saksi Tuhan mengabarkan Kabar Baik dan untuk menghasilkan buah yang baik. Menyebarkan Kasih berarti berlaku benar, berbuat adil, membawa damai dan membebaskan sesama yang tertindas. Itulah pelayanan.

Keempat, Kamu akan diberkati untuk memberkati. Yesus percayakan hidup kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Orang yang mendapat kebahagiaan sejati adalah orang yang dapat membahagiakan orang lain. Ketika kita berusaha membahagiakan orang lain, kita pun akan bahagia. Jika kita menyengsarakan orang lain, sebetulnya secara tidak sadar, kita juga sedang menyengsarakan diri sendiri. Manusia selalu dikenang dari apa yang ia berikan daripada yang ia terima sepanjang hidup. Semakin banyak konstribusi positif yang diberikan seorang kepada yang lain, semakin besar pula kesuksesan yang akan ia dapatkan.

Marilah kita tetap hidup di dalam kasih Allah dan menjadi pelaku kasih untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama, agar kita memperoleh berkat dan sukacita dari padaNya. ***

RD. Honaratus Pigai

Selamat Hari Minggu Paskah VI

Share:
spacer